Nasi atau beras adalah makanan pokok bagi miliaran orang di Asia dan Afrika. Nasi juga merupakan bahan serbaguna untuk banyak hidangan ikonik dari seluruh dunia, termasuk dolmades dari Yunani, risotto dari Italia, paella dari Spanyol, dan puding nasi dari Inggris. Terlepas dari daya tariknya yang universal, pertanyaan yang diajukan di setiap dapur, adalah apakah beras harus dicuci terlebih dahulu sebelum dimasak.
Mengutip The Conversation , pakar kuliner mengeklaim, bahwa beras yang dicuci sebelumnya dapat mengurangi jumlah pati yang berasal dari butiran beras. Hal ini dapat dilihat pada air bilasan keruh, yang menurut penelitian merupakan pati bebas (amilosa) pada permukaan gabah yang dihasilkan dari proses penggilingan. Di kalangan kuliner, mencuci beras dianjurkan jika Anda menginginkan butiran nasi yang terpisah.
Disdukcapil Bandar Lampung Bantah Fotokopi KTP Tak Berlaku Mulai 1 Januari 2024 Berlaku per Januari 2024, Ini Daftar UMP dan UMK 2024 di Jabodetabek, Upah Bekasi Salip DKI Perlukah Mencuci Beras Sebelum Dimasak? Ini Penjelasan Ahli
INILAH Na Tinombur, Kuliner Khas Batak yang Berbahan Ikan, Berikut Cara Memasaknya Ramai Rekaman Suara Surya Paloh Marahi Anies Gara gara Data Ngawur, Timnas AMIN Buka Suara Berlaku Mulai Bulan Ini, Seluruh Perusahaan di PPU Diminta Terapkan UMK 2024
Berita Topik Kata Pakar Terbaru Hari Ini Banjarmasinpost.co.id Kunci Jawaban PAI Kurikulum Merdeka Kelas 5 SD Halaman 152 153 154, Bab 6: Ayo Berlatih Halaman 4 Namun untuk hidangan lain seperti risotto, paella, dan puding nasi (di mana Anda membutuhkan efek lengket dan lembut), pencucian dihindari.
Faktor faktor lain, seperti jenis beras, tradisi keluarga, peringatan kesehatan setempat, dan bahkan waktu akan memengaruhi apakah seseorang perlu mencuci beras sebelum memasaknya. Apakah ada bukti bahwa mencuci beras membuatnya menjadi tidak lengket? Sebuah studi baru baru ini di sciencedirect.com membandingkan efek pencucian terhadap kelengketan dan kekerasan tiga jenis beras berbeda dari pemasok yang sama.
Ketiga jenis tersebut adalah beras ketan, beras berbulir sedang, dan beras melati. Jenis beras yang berbeda ini tidak dicuci sama sekali, dicuci tiga kali dengan air, atau dicuci sepuluh kali dengan air. Berlawanan dengan apa yang akan dikatakan oleh koki, penelitian ini menunjukkan bahwa proses pencucian tidak berpengaruh pada lengket (atau kerasnya) nasi.
Sebaliknya, para peneliti menunjukkan bahwa kelengketan itu bukan karena pati permukaan (amilosa) melainkan pati berbeda disebut amilopektin yang tercuci dari butiran beras selama proses pemasakan. Jumlah yang tercuci berbeda antara jenis butir beras. Jadi, jenis berasnya bukan dicuci atau tidaknya yang perlu diperhatikan jika ingin beras yang lengket.
Pada penelitian ini, beras ketan paling lengket, sedangkan beras medium dan beras melati kurang lengket dan juga lebih keras seperti yang diuji di laboratorium. Secara tradisional beras dicuci untuk menghilangkan debu, serangga, batu batu kecil, dan sekam yang tersisa dari proses penggilingan beras. Ini mungkin masih penting untuk beberapa wilayah di dunia yang pemrosesannya tidak begitu ketat.
Ketika ditemukan banyaknya penggunaan plastik dalam rantai pasokan makanan, mikroplastik pun terdeteksi dalam makanan kita, termasuk beras. Proses pencucian telah terbukti membilas hingga 20 persen plastik dari beras mentah. Studi yang sama ini menemukan, bahwa terlepas dari kemasan (plastik atau kantong kertas) tempat Anda membeli beras, kandungan mikroplastiknya sama.
Para peneliti juga menunjukkan, plastik dalam nasi instan (pra masak) ditemukan empat kali lipat lebih tinggi daripada nasi mentah. Jika Anda membilas beras instan terlebih dahulu, Anda dapat mengurangi plastik hingga 40 persen. Beras juga diketahui mengandung kadar arsenik yang relatif tinggi karena tanaman menyerap lebih banyak arsenik saat tumbuh.
Mencuci beras terbukti menghilangkan sekitar 90 persen arsenik, tetapi juga menghilangkan sejumlah besar nutrisi lain yang penting bagi kesehatan kita, termasuk tembaga, besi, seng, dan vanadium. Bagi sebagian orang, nasi memberi sebagian kecil dari asupan nutrisi harian mereka dan karenanya akan berdampak kecil pada kesehatan mereka. Tetapi untuk populasi yang mengonsumsi beras yang dicuci bersih dalam jumlah besar setiap hari, hal itu dapat memengaruhi nutrisi mereka secara keseluruhan.
Studi lain mengamati logam berat lainnya, timbal, dan kadmium, selain arsenik; ditemukan bahwa pra pencucian menurunkan kadar semua ini antara 7–20 persen. Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan risiko paparan arsenik dari air dan makanan. Kadar arsenik dalam beras bervariasi tergantung di mana ia tumbuh, kultivar beras, dan cara memasaknya.
Saran terbaik tetap cuci beras terlebih dahulu dan pastikan juga mengonsumsi berbagai biji bijian. Studi terbaru pada tahun 2005 menemukan bahwa tingkat arsenik tertinggi ada di Amerika Serikat. Namun, penting untuk diingat bahwa arsenik juga terdapat dalam makanan lain, termasuk produk yang terbuat dari beras (kue, kerupuk, biskuit, dan sereal), rumput laut, makanan laut, dan sayuran.
Singkatnya, tidak. Mencuci beras tidak akan berpengaruh pada kandungan bakteri pada nasi yang dimasak, karena suhu memasak yang tinggi akan membunuh semua bakteri yang ada. Yang lebih memprihatinkan adalah berapa lama Anda menyimpan nasi atau nasi yang sudah dicuci pada suhu ruangan.
Menanak nasi tidak membunuh spora bakteri dari patogen bernama Bacillus cereus. Jika nasi basah atau nasi yang dimasak disimpan pada suhu ruangan, spora bakteri dapat aktif, dan mulai tumbuh. Bakteri ini kemudian menghasilkan racun yang tidak dapat dinonaktifkan dengan memasak atau memanaskan kembali; racun ini dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal yang parah.
Jadi, pastikan Anda tidak menyimpan nasi yang sudah dicuci atau dimasak pada suhu ruangan terlalu lama. Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.